Rabu, 17 Februari 2016

Logika Ikhlas – Mario Teguh

Kita harus menyadari bahwa hati ini mempunyai logikanya sendiri, agak berbeda dengan logika pikiran kita. Hati ini sangat tidak terkendali. Kita mencari uang dengan pikiran, kehilangan uang karena hati. Logika Ikhlas yaitu logika yang menjadikan kita pribadi yang ikhlas walaupun hatinya sedang menjadi pelabuhan bagi banyak perasaan yang sulit mengikhlaskan kita.

Bagaimana Masa lalu mempengaruhi emosi kita dalam keikhlasan kita dalam kehidupan?
Ada perasaan yang mengganggu kita setiap hari yaitu ada marah, gelisah, dendam dan lain-lain yang menggetarkan hati. Sehingga kita itu selalu berkutat dengan ikhlas, lalu orang bertanya mengapa ikhlas itu sulit. Pertama, karena ikhlas itu harus selalu ada pada perilaku keseharian kita. Jangan kita ikhlas sebelum terjadi tapi ikhlaslah setelah terjadi. Misalnya: Rumah kita terjadi pencurian, laptop hilang dan lain lain, setelah kehilangan kita tidak ada pilihan lain kecuali ikhlas. Ikhlas lalu memberitahu diri untuk memperbaiki diri, seperti: lain kali punya backup data, kunci pintu supaya tidak kecurian lagi. Ikhlas itu akan selalu ada, karena akan selalu ada masalah, selama kita ingin tumbuh menjadi pribadi yang lebih besar, pasti kita diharuskan ikhlas, karena untuk menjadi pribadi yang lebih besar Tuhan memberikan masalah. Masalah adalah anak tangga menuju kebesaran pribadi. Jadi menghadapi masalah dengan logika yang menjadikan kita ikhlas itu menjadikan kita segera menerima sesuatu yang sudah terjadi untuk masuk kedalam kehidupan yang belum dialami. Mengapa sebagian besar dari kita memilih hidup di masa lalu yang tidak ada yang bisa dilakukannya untuk memperbaiki kesalahan. Mengapa dia tidak memulai kehidupan yang belum terjadi yaitu hari ini, lalu menjadikan hari ini ingatan yang indah. Orang yang perilakunya sama dengan kemarin menjadikan hari ini ingatan yang buruk bagi besok. Banyak orang sedang membangun ingatan buruk bagi besok hari ini karena tidak menggunakan logika ikhlas dengan baik.  

Bagaimana kita bisa melihat wujud ikhlas dalam prosesnya?
Kita selama ini mengerti bahwa orang ikhlas itu lemah, ngantuk, lemes. Ikhlas itu tegas, ikhlas itu bukan karena tidak ada masalah, ikhlas itu bukan karena masalahnya kecil. Orang yang hebat itu mengikhlaskan diri diatas bukan di dalam, di atas masalah-masalah yang berat, yang besar, dia tetap memilih gagah bersikap sebaik-baiknya, diatas seburuk-buruknya masalah karena dia sadar Tuhan memuliakan orang, yang memuliakan dirinya.

Bagaimana dengan orang yang sudah terlalu terbiasa dirinya sebagai korban ?
Banyak dari kita sedang jadi korban. Korban dalam pernikahan, perkerjaan, persaudaraan, perkumpulan, rakyat yang merasa menjadi korban dari pemimpin yang dianggap tidak amanah dan lain-lain. Anda faktanya menjadi korban atau tidak itu tidak masalah,  asal tidak menggunakan bahasa korban. Bahasa bahasa itu membuat kita menerima, membuat kita ikhlas bahwa kita tidak berhak menjadi pribadi yang kuat. Jadi mulai dari sekarang gunakanlah bahasa orang yang lebih mandiri. Orang yang berani bertindak karena ikhlas menerima kemungkinan gagal, karena banyak orang gagal melihat dirinya sebagai korban. Orang yang berani bertindak karena ikhlas menerima kemungkinan gagal akan lebih sering berhasil dari pada orang-orang melihat dirinya sebagai korban. Orang yang berani bertindak walaupun ada kemungkinan gagal akan menjadi orang besar. 

Contoh kalimat seorang pemimpin yang ikhlas:

“Yang saya lakukan ini baik bagi kalian, apabila salah kalian harus bersyukur bahwa yang salah itu saya bukan kalian, sehingga kalau ada keluhan dan protes bukan kalian yang diprotes tapi saya. Tapi kalau kita berhasil, kita semua yang untung, jadi ijinkan saya memutuskan dengan tegas bahwa ini untuk kebaikan bersama tapi kalau salah ijinkan saya yang menyerap semua kesalahan itu”
Itu yang menjadikan pemimpin, bukan pemimpin seperti: Kalau bener aku, kalau salah kalian. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar”