Jumat, 11 Maret 2016

Ikan Yang Tenggelam – Mario Teguh - Bagian 3

Banyak orang memilih hidup : “Mengalir seperti air”,”Rezeki sudah ada yang mengatur” dan “Hidup ini sementara”. Ini yang di maksud meyakini hal-hal yang benar dengan cara yang salah. 

Hidup mengalir seperti air.

Benar bahwa hidup itu mengalir seperti air, karena hidup memang tidak bisa berhenti dan harus terus berjalan dan terus mengalir. Karena meyakini bahwa hidup mengalir membiarkan dirinya menolak dorongan turun seperti bolos sekolah bagi anak-anak, mencoba obat bius dan lain-lain. Kita harus mempunyai pompa tekanan tinggi untuk mendorong air sampai ke gedung lantai 156, yaitu melalui kesungguhan untuk menolak yang tidak baik, kesungguhan untuk menguatkan pilihan-pilihan baik. Jadi mengalirlah seperti air, tapi pastikan anda punya tenaga untuk naik.

Rezeki sudah ada yang mengatur.

Pendapat ini banyak digunakan untuk orang yang malas. Rezeki memang sudah di atur oleh Tuhan tidak pada jumlahnya tapi pada caranya. Tuhan tidak membatasi jumlahnya, kalau caranya seperti ini anda misalnya anda dapat satu juta, kalau cara yang lain anda dapat dua juta. Jadi jangan kecil hati mengenai jumlahnya, bersemangatlah untuk memilih pilihan-pilihan upaya yang ukuran rezekinya besar. Seseorang bisa kaya dengan menjual produk dengan keuntungan 25 rupiah per produk asalkan menjual 25 milyar produk per tahun. Jadi benar rezeki ada yang mengatur bukan dari jumlahnya dari caranya.

Hidup ini sementara.

Hidup itu abadi, yang sementara itu hidupnya badan, jiwa kita tidak mati. Yang kita takuti itu adalah kematian badan, jiwa itu hidup. Itu sebabnya kenapa kita di larang bunuh diri, yang mati itu hanya badanmu lalu jiwamu meneruskan perasaan yang sama saat bunuh diri sampai kapanpun. Jadi jangan anggap hidup ini sementara, 70, 80 atau mungkin 95 tahun keberadaan kita itu memang sementara tetapi setelah itu kita melanjutkannya harus dalam jiwa yang tenang. 


Bagaimana jika kita mempunyai mimpi besar tetapi orang-orang disekeliling kita tidak mempercayainya?

Seringkali orang muda jika berpendapat di katakan sok tau, sok tua, sok pintar. Orang muda yang mempunyai impiannya besar tidak dipercaya, dikatakan sok tau, sok tua, sok pintar itu adalah pujian, berarti yang kita katakan dan yang kita lakukan terlalu senior untuk usia kita sekarang. Jadi jangan kecil hati.


Bagaimana sikap kita kalau ada orang menderita lalu kita diminta berempati, tapi kalau berempati berarti tidak memotivasi dirinya?

Kebiasaan orang tua yang harus dihilangkan yaitu kalau ada anak atau bayinya jatuh, lalu memukul lantai lalu berkata ini lantainya nakal. Ini membuat anak setelah dewasa menyalahkan lingkungan bukan menyalahkan dirinya. Jadi kalau begitu hindarkan anak dari melihat selain dirinya yang bertanggung jawab bagi penderitaannya. Kalau anak datang mengeluh jangan dilayani keluhannya, karena itu berakibat membuat semakin terlibat dengan perasaan sedihnya. Kalau ada orang datang kepada anda, mengeluh kehilangan motor. Katakan bahwa: untuk setiap yang di kurangkan dari mu ada yang akan dilebihkan, karena Tuhan Maha Adil, kalau kamu sekarang di hilangkan motormu maka kamu bekeja keras supaya bisa beli motor lagi. Lalu apa yang menjadikanmu demikian kecil hati bahwa kalau orang bekerja keras untuk bisa membeli motor tidak jadi ber-rejeki baik yang bisa beli mobil. Kemampuan membeli mobil itu datang karena tadi kehilangan motor, kalau tidak pernah kehilangan motor ,tidak berpikir untuk tambah rejeki. 

Jangan ajak orang terlibat dalam penderitaannya, maksudnya adalah jangan menghibur penderitaan orang untuk menjadikan dia menemukan kenikmatan dari penderitaannya.

“Orang yang impiannya besar tapi tidak dipercaya, dinilai sok tau, sok tua, sok pintar itu merupakan pujian karena sudah berpikir jauh kedepan.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

“Terima kasih sudah membaca blog saya, silahkan tinggalkan komentar”